menelusuri rasa, sebuah upaya mencari makna dalam rasa

Yosua Pirera
2 min readNov 19, 2023

--

aku teringat dalam film Hunger (2023) yang menyebutkan “orang kaya makan bukan untuk mengenyangkan perut.” aku jadi bercermin dari cerita tersebut, memang ada benarnya. aku memang suka makan, terutama hidangan mi atau bakmi. pertama, mi atau bakmi adalah masakan yang fleksibel. kau bisa campur dengan apa pun sesuai selera dan dimasak dengan cara digoreng, direbus, kering, atau berkuah. kedua, mi termasuk comfort food buatku.

kembali soal film tersebut, aku sering mencoba berbagai olahan mi. aku pernah memakan di salah satu restoran yang baru dibuka di kota ini —tempatnya tak ramai padahal awal buka sangat ramai — warga sekitar punya fomo yang begitu besar. aku menghabiskan total sekitar 63 ribu untuk semangkok mi dan minuman. bukan harga yang terjangkau.

sebagai warga kelas yang biasa-biasa saja, rasa mi tersebut biasa saja bahkan jauh kalah dengan mi langgananku yang di dekat pasar. memang, secara lokasi tidak begitu aesthetically pleasing, tetapi sebagai warga kelas menengah yang biasa-biasa saja, rasa dan kenikmatan masih jadi prioritas.

berbeda dengan kelas atas atau menengah atas, yang kebanyakan mereka makan di restoran mewah bukan persoalan perut melainkan pengalaman dan juga kenyamanan. banyak restoran menyajikan pelayanan dan tak jarang juga digetok service charge yang cukup tinggi.

bukan ndeso, tapi ketika selesai makan di restoran yang bisa menghabiskan 10% gaji bulanan, aku masih harus menutupinya dengan makanan kaki lima seperti nasi penyetan atau bebek goreng. aku jadi menyadari, memang perut dan lidah tak bisa dibohongi perkara kenyang. tak apa sesekali kalau mau mencoba restoran baru di kotamu, tapi aku tetap berharap setidaknya rasa makanan di restoran bisa jauh lebih medok dibandingkan makanan kaki lima.

bagaimana perasaanmu kalau ternyata makanan yang harganya lima kali lebih mahal dari abang-abang langgananmu, rasanya masih belum bisa mengalahkan rasa masakan abang-abang langgananmu. sedih, bukan? karena kupikir, setelah menyadari hal ini, aku akan kembali kepada langganan mi ayamku yang harganya cuman 13 ribu perak.

--

--

Yosua Pirera

he writes for the weary soul / instagram: @yosuaesthetic